Langsung ke konten utama

Kunjungan Wartawan dan alumni ke Esktrakurikuler web sman 2 singingi hilir

Malam itu aku yang sedang asyik membaca webtoon terkejut karena layar ponsel berubah menjadi notifikasi panggilan dari guru di SMA. Tanpa berpikir panjang aku mengusap layar dan menekan tombol jawab. I am so suprised when my theacer invite me to come in my school. Rasanya is so long after am be a student in there. The reason he call me cause he want me and my friends other meet to jurnalictic from Riau Tv. 

Sebenarnya, aku masih ragu untuk datang. Because i am still exam for this last semester. Aku takutnya jadwal akan terbentur dan tidak ada titik temu. Aku hanya mengusahakan sebagai jawaban, karena selebihnya of course i am excited to meet them. Hal ini yah juga ada kaitannya sama my knowlagde and my academic. 

If talk about jurnalistic i wanna to can do.  Jadi berharap banget bisa dapetin ilmu yang selama ini mungkin enggak aku dapetin di bangku pendidikan. Dengan meet with them is meaning, profesionalnya atau pakarnya mereka aku berharap banget bisa membawa ilmu yang berarti dan pengetahuan baru tentang dunia jurnalistik itu.

Saat harinya tiba, di tanggal 22 hari selasa bulan Juni 2021, aku kabari Noviana untuk datang ke sekolah. Astaga, karena saat itu aku datang bulan jadi aku baru bangun saat pukul 8 pagi. Rasa-rasanya aku tidak ingin datang, tapi di sisi lain aku ingin mendapatkan ilmu dan bertemu dengan mereka.

Aku mengerjakan rumah sesegara mungkin dan bersiap ke sekolah sekitar pukul sepuluh pagi. Mereka semua sudah berkumpul dan sedang menunggu wartawan datang. Damn it! Aku salah kostum! Seharusnya aku memakai seragam ekskul WEB saat itu. Namun aku yang malas membaca grup whatsaap ini jadi tidak tahu informasi mengenai seragam itu.

Rasanya seperti berada di tengah-tengah orang asing. Aku memakai tunik coklalat yang kuseragamkan dengan warna pashmina. Karena masih di musim covid-19 jadi aku tetap memakai masker. Aku bertemu dengan Pak Solihin, dia adalah pembina WEB. Jika boleh aku bercerita, guru ini memiliki peran yang besar juga dalam membimbingku selama menjadi siswi di SMAN 2 Singingi Hilir. 

Pak Solihin jika sudah bercerita dia suka lupa dengan waktu. Namun aku menikmati alur yang ia ceritakan, karena beliau selalu menyelipkan pesan moral pada kami. Selain itu, ada anak-anak WEB lain, ada Naldi, Leo, Ulma, Hasbi, Elin, Nurlita, Dila, Kak Kiki, dan Novi. Kami semua berkumpul di ruang sederhana tempat kami menjalankan jurnalistik di SMA ini.

Tidak lama setelahnya, kakak wartawan datang. Seorang lelaki dengan kulit sawo matang membawa penyangga HP dan lelaki lain yang memiliki postur tinggi dengan raut dingin membawa kamera. Mereka duduk dan memulai memasang alat-alat untuk wawancara. 

Ulma memperkenalkan diri sebagai salah satu anggota yang ditunjuk untuk mempresentasikan WEB. Meskipun sedikit grogi, namun Ulma menjalankan tugasnya dengan baik.

Usai sesi wawancara tibalah saatnya kami berbincang-bincang. Meskipun sudah menjadi alumni, but i make a question yang cukup banyak kepada kakak wartawan. Bang Ikhzar menjawab dengan teliti begitu pula dengan rekannya. Saat itu mereka dikawal oleh Babinkabtimnas, dan tidak memungkinkan untuk memberikan informasi yang lengkap terkait pertanyaan ku.

Meskipun demikian aku tetap senang karena mendapat ilmu dari mereka. Kami menyudahi agenda dengan berswafoto. Rasanya sudah sangat lama sekali aku tidak berdiri di depan sekolah. Menyenangkan bertemu mereka. Next time, i wish my school can make a good change.

Esok paginya, aku sudah melihat muatan berita mengenai sekolahku di infolensa.com 


Sudah kelihatan jelaskan, aku yang mana?






Wah, itu kabtimnas dan Ibu Umi guru PAI aku saat SMA yang sedang berbicara sebagai perwakilan dari Humas sekolah.
Yang memegang kamera itu namanya, Leo. Saat awal masuk WEB aku pernah mengerjainya dengan berpura-pura menjadi garang, lho. Hahahahah, maaf ya Leo. Sekarang dia menjadi anggota yang sangat baik dan paling kece!
Yang sedang memegang alat itu namanya Ulma. Meskipun nervous, tapi dia melalukan tugas dengan sangat baik. Best si Ulma!
Wah, ada Bapak Solihin, nih.


Komentar

Artikel Populer lainnya

TRIP 2   : PEKANBARU FOR THE MY WAY TO MEET NEW SOMETHING (4) Hai, semua. Setelah kemarin aku bercerita tentang petualangan selama tersesat sekarang aku ingin membagikan momen saat menjadi panitia pemira. Agenda sidang masih belarut-larut dan tidak kunjung selesai. masing-masing delegasi angkatan punya pendapat dan nasehat yang terkadang berbenturan dengan pengurus Himakom. Jadi mereka harus mencari titik temu untuk menyelesaikan masalah. Selama itu pula aku mengambil napas untuk keluar dari ruang sidang yang menyesakkan dengan bertemu teman-teman. Tidak kusangka aku bertemu Septi yang saat itu berkunjung ke kampus untuk mengambil KTM. Septi memiliki logat Medan yang khas sehingga aku mudah mengenalinya. Kami mudah bergaul karena mungkin pembawaan Septi yang satu frekuensi denganku. Namun sayang, Septi tidak lama berada di kampus dan harus segera pergi karena suatu urusan. Aku kembali ke ruang sidang dan mengawasi zoom bersama Ica. Saat itu aku mendapatkan pesan dari kak Wi...

TIGA SAHABAT : TAMPIL DI ACARA PENSI SMAN 2 SINGINGI HILIR

 Sebelumnya aku adalah anak yang sangat pendiam saat duduk di bangku kelas 1 SD. Namun, itu hanya berlaku dalam interaksi sosial. Jujur, saat di kelas 1 SD aku sangat bersemangat untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan dari guru. Sifat pendiamku ini perlahan menghilang, terutama saat aku masuk di bangku SMA. Aku bertemu dengan para siswa yang beragam. Termasuk dua orang dalam foto di atas. Sebut saja mereka Sunna dan Intana. Itu bukan nama asli mereka. Aku hanya menyukai memanggil mereka dengan sebutan itu. Mereka memanggilku dengan nama 'Ndut.' Ya, mungkin saja karena aku sedikit kelebihan berat badan semasa SMA. Aku banyak menghabiskan waktu dengan mereka. Ahahaha, rasanya seperti mengenang kejayaan remaja. Di SMP aku adalah pribadi yang berani, banyak tersandung skandal, eit. Bukan skandal seperti berkencan dengan bos besar apalagi artis! Karena mustahil, desaku itu letaknya jauh sekali dari perkotaan besar. Nah, teman-temanku ini juga salah satu hal yang membuatku s...

My Greymate

Rasanya seperti melihat kekacauan tiada akhir. Ada saja drama di setiap minggu di kelas ini. Seperti hari ini, Viona mencoba untuk merebut gelang barunya dari tangan Yuri. Viona dengan tubuh sepuluh Senti lebih pendek meloncat seperti tupai. Anehnya, teman-teman Viona tertawa melihat aksi malang gadis itu. Apakah seperti itu layak disebut teman? Jujur saja, kelakuan mereka membuatku kesal. Drama perbucinan yang dikemas dengan aksi jail selalu membuat perutku mulas. Apalagi suara teriakan cukup heboh dari teman-teman Viona. Rasanya, seperti menjadi wayang yang tak sengaja tersenggol dalang dalam sebuah drama. Apakah aku harus benar-benar beraksi untuk menyudahi drama seperti ini? "Ney?" Seorang lelaki dengan kacamata bulat yang membawa map besar berdiri di sampingku. Tubuhnya menutupi semua drama hari ini. "Kamu belum ngumpulin surat izin orangtua." "Woy, Rachel awas!"  Suara teriakan dari Yuri terdengar cukup lantang untuk sekadar memanggil lelaki berkacam...