Langsung ke konten utama

TRIP 2  : PEKANBARU FOR THE MY WAY TO MEET NEW SOMETHING (4)

Hai, semua. Setelah kemarin aku bercerita tentang petualangan selama tersesat sekarang aku ingin membagikan momen saat menjadi panitia pemira. Agenda sidang masih belarut-larut dan tidak kunjung selesai. masing-masing delegasi angkatan punya pendapat dan nasehat yang terkadang berbenturan dengan pengurus Himakom. Jadi mereka harus mencari titik temu untuk menyelesaikan masalah.

Selama itu pula aku mengambil napas untuk keluar dari ruang sidang yang menyesakkan dengan bertemu teman-teman. Tidak kusangka aku bertemu Septi yang saat itu berkunjung ke kampus untuk mengambil KTM. Septi memiliki logat Medan yang khas sehingga aku mudah mengenalinya. Kami mudah bergaul karena mungkin pembawaan Septi yang satu frekuensi denganku.

Namun sayang, Septi tidak lama berada di kampus dan harus segera pergi karena suatu urusan. Aku kembali ke ruang sidang dan mengawasi zoom bersama Ica. Saat itu aku mendapatkan pesan dari kak Windi bahwa selempang dan piagam Mapres ku sudah jadi. Aku pamit kepada Ica untuk menjemput barangku dan menemui kak Windi di depan gedung dekanat. Kak Windi mengambil dokumentasi bersamaku kemudian pamit pergi.

Sore harinya aku berswafoto dengan Yuna, Eka dan Anisa di depan gedung Senat. Ica tak bisa bergabung karena aku tak bisa mengajak karena aku tau Ica yang sedang menjaga zoom. Jadi kami mengambil foto berempat dan sesekali bercanda.

Kemudian kami tidak menyangka bahwa sidang pada hari rabu akan berjalan lebih lama. Kami terpaksa pulang malam karena ingin segera menyelesaikan sidang. Aku yang penat dengan situasi itu memilih menangkan diri dengan menemui Yuna dan Eka. Rasa-rasanya mereka sudah seperti obat untukku. Kemudian kami mengambil beberapa foto dan berhenti ketika waktu magrib tiba.

Di hari terakhir sidang aku bertemu dengan Eka dan Yuna pada pukul sembilan malam. Mereka juga sepertinya kelelahan setelah membuat dan mengantar makanan. Yuna dan Eka pulang setelahnya. Sedangkan aku masih di kampus sampai waktu subuh. Aku berterimakasih pada Nabil yang juga sudah mengantarku pulang dengan selamat. Dan teman-teman lain yang berbaik hati menolong selama aku menjadi panitia konferensi.

Aku pulang pada hari sabtu. Sebelum itu aku berbelanja oleh-oleh di Nadira Napoleon jalan Panam. Aku dan Anisa menaiki busway pada pukul sembilan pagi dan mampir di pasar selasa. Disana kami sarapan pagi dengan menu soto padang dan segelas kopi moka. Lalu di Nadira Napoleon kami mulai mengambil beberapa makanan khas dari Pekanbaru. Aku membeli talam durian, donat dan keripik nangka. Harganya cukup terjangkau dengan tempat yang sangat nyaman dan trendi. Disana kami disambut oleh karyawan yang sangat ramah dan melayani dengan baik.

Cukup sekian cerita trip dua di episode terakhir. Nanti kita cerita lagi, ya.

 

Nadira Napoleon, tempat oleh-oleh yang aku kunjungi. So orange!

Aku dan Anisa yang buru-buru berbelanja karena harus segera pulang. (Travel kami rupanya menjemput lebih awal)



Malam sabtu sambil nonton sinetron Malaysia

Ica yang selalu nemenin dan ngarahin aku selama jadi panitia. Maaciw sangat, Ica!!

Yuna si EXO-L yang selalu buat hari-hari ku menyenangkan



Eka si Army istri setia Namjoon. I miciyutu beybe




Mahakarya Anisa :")

Putri yang punya kisah semasa SMA dengan crushnya







Kami yang sangat gabut, karena hari sudah mau magrib namun sidang masih terus berjalan























































 

Komentar

Artikel Populer lainnya

TIGA SAHABAT : TAMPIL DI ACARA PENSI SMAN 2 SINGINGI HILIR

 Sebelumnya aku adalah anak yang sangat pendiam saat duduk di bangku kelas 1 SD. Namun, itu hanya berlaku dalam interaksi sosial. Jujur, saat di kelas 1 SD aku sangat bersemangat untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan dari guru. Sifat pendiamku ini perlahan menghilang, terutama saat aku masuk di bangku SMA. Aku bertemu dengan para siswa yang beragam. Termasuk dua orang dalam foto di atas. Sebut saja mereka Sunna dan Intana. Itu bukan nama asli mereka. Aku hanya menyukai memanggil mereka dengan sebutan itu. Mereka memanggilku dengan nama 'Ndut.' Ya, mungkin saja karena aku sedikit kelebihan berat badan semasa SMA. Aku banyak menghabiskan waktu dengan mereka. Ahahaha, rasanya seperti mengenang kejayaan remaja. Di SMP aku adalah pribadi yang berani, banyak tersandung skandal, eit. Bukan skandal seperti berkencan dengan bos besar apalagi artis! Karena mustahil, desaku itu letaknya jauh sekali dari perkotaan besar. Nah, teman-temanku ini juga salah satu hal yang membuatku s...

My Greymate

Rasanya seperti melihat kekacauan tiada akhir. Ada saja drama di setiap minggu di kelas ini. Seperti hari ini, Viona mencoba untuk merebut gelang barunya dari tangan Yuri. Viona dengan tubuh sepuluh Senti lebih pendek meloncat seperti tupai. Anehnya, teman-teman Viona tertawa melihat aksi malang gadis itu. Apakah seperti itu layak disebut teman? Jujur saja, kelakuan mereka membuatku kesal. Drama perbucinan yang dikemas dengan aksi jail selalu membuat perutku mulas. Apalagi suara teriakan cukup heboh dari teman-teman Viona. Rasanya, seperti menjadi wayang yang tak sengaja tersenggol dalang dalam sebuah drama. Apakah aku harus benar-benar beraksi untuk menyudahi drama seperti ini? "Ney?" Seorang lelaki dengan kacamata bulat yang membawa map besar berdiri di sampingku. Tubuhnya menutupi semua drama hari ini. "Kamu belum ngumpulin surat izin orangtua." "Woy, Rachel awas!"  Suara teriakan dari Yuri terdengar cukup lantang untuk sekadar memanggil lelaki berkacam...