Trip Pati, Jawa Tengah Episode 1
Mungkin ini bakalan jadi tulisan pengalaman pertama di luar wilayahku. Aku akan memulainya dengan sebuah alasan. Setidaknya saat itu usiaku sudah 19 tahun. Usia yang tepat untuk memulai perjalanan menuju kedewasaan. Ibuku mengajak liburan pulang ke kampung halaman sebelum aku berangkat ke kampus di Pekanbaru, Riau.
Oh, yap. I am a transmigration in this region. Jadi, aku hidup dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat Jawa asli di pulau sumatera. Kalian bisa menyebutnya, desa transmigrasi. Setiap ada yang pulang ke Jawa para tetangga akan berduyun-duyun datang dan mengantar.
Keluarga memutuskan memakai transportasi pribadi mengingat pilihan hemat dan untuk menikmati perjalanan juga. Hanya ada aku, Ibu, Abang pertama dan temannya yang akan bergantian menyupir. Just a little story, aku mabuk berat di awal-awal. Jalannya yang bergelombang dan kendaraan yang bergerak cepat membuatku mual.
Mual itu terjadi hingga malam hari. Kami berhenti di pertamina Air Molek dan beristirahat setidaknya dua atau tiga jam di sana. Hanya beralaskan karpet dan beberapa minuman serta makanan kami sudah bisa kenyang dan bergantian tidur. Ibuku yang nampak letih beristirahat dengan nyenyak. Kadangkala aku memijatnya lalu ia pun memijatku.
Perjalanan berlanjut hingga pukul sebelas malam. Aku melanjutkan tidur di dalam mobil dan mereka berhenti di Jambi pada pukul dua siang. Sejak itu, rasa mualku sudah hilang. Mungkin aku sudah terbiasa dengan perjalanan ini. Kami berhenti di indomaret dan membeli beberapa cemilan.
Hingga pada sore harinya, kami sudah sampai di Palembang. Badanku rasanya lelah sekali. Kami berhenti di sebuah warung makan dan beristirahat sejenak di sana. Warung itu memiliki konsep lesehan. Jadi kami makan bakso dan teh sambil duduk dengan para pejalan lainnya.
Mungkin efek mabuk semalam aku sedikit selera makan. Jadi aku yang biasanya sangat menyukai bakso saat itu tidak mengambil bagian.
Perjalanan berlanjut hingga malam hari. Sekitar sepuluh malam kami berhenti di tol lampung dan makan di tepi jalan bersama para supir truk. Sebenarnya, tidak diperbolehkan berjualan di tol seperti itu. Jadi, dari pengakuan mereka jika pada pagi hari mereka akan membereskan segala bekas berjualan. Mereka sangat ramah dan para supir truk juga tidak seseram yang aku kira. Aku dan Ibu memilih nasi goreng dan sedikit kopi susu pada malam itu.
Perjalanan berlanjut hingga pada pukul dua pagi mobil sudah sampai di Pelabuhan Bakahuni. Setelah membeli tiket melalu online kami naik ke geladak kapal. Untuk kali pertama aku melihat kapal sebesar itu. Like that a dream when look a big car can cum inside.
Ibu memilih beristirahat di kapal sedangkan aku dan Abang menghabiskan malam dengan makan mie sambil menikmati ombak laut yang berdesir pelan menghantam kapal. Namun sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. Perutku memberontak dan aku berlari ke toilet. Agh, shit! Aku mabuk laut, ya? Atau ini efek terlalu banyaka makan mi? Entah, lha.
Kapal berhenti di dermaga Merak pada pukul lima subuh. Subhana Allah. Suasananya sangat menyenangkan ketika melihat embun di laut pada pagi itu. Mobil bergerak menuju Jakarta. Saat itu aku melewati pemukiman yang padat penduduk. Untuk kali pertama aku melihat secara langsung pemandangan Jakarta yang seperti itu. Rumah-rumah semi tembok berjejeran dan dari kejauhan nampak gedung-gedung tinggi menjulang.
Mungkin ini bisa dibilang kampungan untuk beberapa orang yang melihatku. Hahaha, I don’t care about that. Cause, what I see now than best what I see in tv. Every one have a happy self. Kalian enggak bisa menyamaratakan kebahagian tiap orang. Bisa jadi ada orang yang baru pertama kali lihat apa yang sebelumnya enggak pernah di lihat dan hal itu menjadi cemooh untuk beberapa orang hanya karena mereka menilai itu hal biasa. Don’t judge anything else if you don’t know what you talk about that.
Baiklah aku akan kembali bercerita. Aku menyukai embun dan kabut yang menutupi tingginya gedung di sana. Beragam gedung perusahaan seperti Honda, Yamaha, dan Bank berdiri berjejer. Seperti sebuah hamparan kotak besar yang sengaja di letakkan di tengah-tengah.
Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan melewati bandung. Aku tak ingat banyak tol mana saja yang aku lewati. Di Bandung kami berhenti di rest area. Bisa kukatakan tempat itu sangat higenis. Ada masjid besar yang didesain dengan warna abu-abu gelap dengan ukiran kaligrafi besar di belakangnya. Di samping masjid ada tempat bermain anak-anak yang diapit oleh toilet.
Karena lapar Ibu membeli makanan di rest area tersebut. Sayangnya aku kurang menyukai makanan itu. Mungkin karena lidahku yang belum terbiasa dengan makanan orang sunda yang banyak lalapannya. Jadi ikan dan sambal hanya menjadi syarat untuk kulahap. Perjalanan berlanjut melewati tol dan beberapa rest area. Sedikit membosankan memang jika hanya melihat mobil-mobil yang lalu lalang. Namun, aku merasa bersyukur dan beruntung ketika nampak dari dalam mobil ada hamparan sawah yang membentang luas di sepanjang jalan.
Selain itu kami juga disambut oleh hutan pinus. Sampai di siang hari kami sudah sampai di Semarang. Abang menelpon Om yang tinggal di Pati dan mengabarkan kami akan segera sampai. Di Semarang aku melihat berbagai bangunan kuno berdiri menyambut di tiap jalan. Ada berbagai monumen sejarah yang bercorak Belanda dengan warna putih. Huft! Andai saja aku memiliki banyak waktu luang hari itu, ingin sekali aku menghabiskan waktu di Semarang untuk beberapa hari saja.
Dari Semarang kami bergerak melewati Kudus. Tentu saja pemandangan di Kudus yang banyak di huni orang santri juga menjadi pemandangan baru untukku. Kami tiba di Pati pada sore harinya. Huwaaa, perjalanan yang cukup panjang dan menyenangkan. Di Pati ini terkenal dengan produksi ikan Pe atau nama lainnya ikan pari yang diasap. Ada monumen ikan Bandeng di tengah-tengah kota sebagai manifestasi produk yang dihasilkan di sana.
Sampai jumpa di trip episode selanjutnya…
Sayangnya, di bawah ini aku hanya mengambil foto saat tiba di Jakarta saja. Foto di kapal tidak, hiks.
Komentar