Langsung ke konten utama

Afantheworld (Who) bagian 1

Kamu tau enggak? Kalo ternyata setiap hubungan berawal dari benang-benang rajut yang yang awalnya melingkar tidak beraturan. Lalu pada akhirnya benang-benang itu terurai dan menemukan jalurnya.

Sama seperti awal aku bertemu dengan Oji. Kami tinggal di satu desa, namun tidak satupun aku mengingat bagaimana ada manusia dengan wajah dan nama itu. Lalu, aku menemukan bahwa ia adalah anak dari keluarga yang aku kenal.

Ya, setidaknya ada yang aku kenali, kan. Hehehehehe

Saat itu moment ramadhan, di tahun 2021 kalo tidak salah. Aku mengikuti salah satu organisasi yang ada di Desa. Karena saat itu memang bertepatan dengan momen pandemi Corona. Satu-satunya kegiatan yang membuatku tidak boring ya join organisasi seperti ini.

Aku mau ikut karena awalnya tertarik lembaga ini. Jadi, lembaga atau organisasi ya aku menyebutnya? Hahahahaha lembaga saja deh. Intinya, isi lembaga itu pemuda yang sedang menjalani keilmuan di universitas.

Selama mengikuti lembaga itu, aku cukup senang. Bukan karena lembaganya juga sih, tapi karena isi orang-orang di dalamnya. Menyenangkan dan tidak Kaku. Ya, meskipun awalnya aku ragu juga untuk join.

Sebelum memasuki bulan ramadhan itu, kami sempat membuat agenda kumpul-kumpul sederhana. Isi agendanya cuman gosip aja sih, hahahahahahaha sambil rujakan. 

Temanku mengajak kami menjemput salah satu anggota yang belum join. Aku tidak tahu itu siapa, namun mereka ikut mengajakku untuk menjemput anggota itu. Aku berboncengan bersama Nita, temanku, yang kuingat anggota itu merupakan teman satu sekolahnya dulu di SD dan MA.

Aku tidak begitu ingat alasan kami datang ramai-ramai ke rumah anggota itu. Tapi kata Oji setelah aku tanya kembali saat ini dia bilang kalo dulu aku kerumahnya bersama Kak Dinda dan Nita untuk mengambil buah. 

Oji juga ikut bersama kami. Saat itu acaranya bertepatan di ruko milik Bang Abed. Untungnya Ruko itu belum diisi dan cukup besar untuk kami tumpangi. Kami tertawa, bergosip, sambil mengupas buah dan menikmati bersama.

Saat itu aku dan Oji tidak saling mengenal satu sama lain. Aku tidak ingat punya teman seperti dirinya. Bahkan, sekalipun rumah adik nenekku di dekat rumah miliknya, aku juga tidak begitu ingat ada dirinya di ingatan masa lalu ku.

Jadi, aku benar-benar asing saat itu. Oji hanya diam dengan topi nya dan sibuk dengan layar handphone. Aku memaklumi itu karena dia orang baru yang kamu ajak secara paksa, mungkin? 

Lagi-lagi yang kuingat hanyalah lelaki yang banyak diam, tapi tidak terlalu dingin. Dia akan merespon dan kadang tertawa walau aku sedikit merasa tawanya masih terdengar canggung. 

Ya, di moment itu aku hanya mengingat bagaimana lelaki yang aku sangat tidak sangka datang ke rumahku itu adalah dirinya. 

Padahal jika diingat-ingat, aku hanya menatapnya sesekali karena orang baru yang sejujurnya dekat dengan rumahku namun aku tidak pernah tau.

Lalu, Oji mulai bergerak di momen ramadhan 2021 atau 2022? Entah lha, aku sedikit lupa. 😂

Besok lagi aku cerita, ya. 😂😂😂

Komentar

Artikel Populer lainnya

TRIP 2   : PEKANBARU FOR THE MY WAY TO MEET NEW SOMETHING (4) Hai, semua. Setelah kemarin aku bercerita tentang petualangan selama tersesat sekarang aku ingin membagikan momen saat menjadi panitia pemira. Agenda sidang masih belarut-larut dan tidak kunjung selesai. masing-masing delegasi angkatan punya pendapat dan nasehat yang terkadang berbenturan dengan pengurus Himakom. Jadi mereka harus mencari titik temu untuk menyelesaikan masalah. Selama itu pula aku mengambil napas untuk keluar dari ruang sidang yang menyesakkan dengan bertemu teman-teman. Tidak kusangka aku bertemu Septi yang saat itu berkunjung ke kampus untuk mengambil KTM. Septi memiliki logat Medan yang khas sehingga aku mudah mengenalinya. Kami mudah bergaul karena mungkin pembawaan Septi yang satu frekuensi denganku. Namun sayang, Septi tidak lama berada di kampus dan harus segera pergi karena suatu urusan. Aku kembali ke ruang sidang dan mengawasi zoom bersama Ica. Saat itu aku mendapatkan pesan dari kak Wi...

TIGA SAHABAT : TAMPIL DI ACARA PENSI SMAN 2 SINGINGI HILIR

 Sebelumnya aku adalah anak yang sangat pendiam saat duduk di bangku kelas 1 SD. Namun, itu hanya berlaku dalam interaksi sosial. Jujur, saat di kelas 1 SD aku sangat bersemangat untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan dari guru. Sifat pendiamku ini perlahan menghilang, terutama saat aku masuk di bangku SMA. Aku bertemu dengan para siswa yang beragam. Termasuk dua orang dalam foto di atas. Sebut saja mereka Sunna dan Intana. Itu bukan nama asli mereka. Aku hanya menyukai memanggil mereka dengan sebutan itu. Mereka memanggilku dengan nama 'Ndut.' Ya, mungkin saja karena aku sedikit kelebihan berat badan semasa SMA. Aku banyak menghabiskan waktu dengan mereka. Ahahaha, rasanya seperti mengenang kejayaan remaja. Di SMP aku adalah pribadi yang berani, banyak tersandung skandal, eit. Bukan skandal seperti berkencan dengan bos besar apalagi artis! Karena mustahil, desaku itu letaknya jauh sekali dari perkotaan besar. Nah, teman-temanku ini juga salah satu hal yang membuatku s...

My Greymate

Rasanya seperti melihat kekacauan tiada akhir. Ada saja drama di setiap minggu di kelas ini. Seperti hari ini, Viona mencoba untuk merebut gelang barunya dari tangan Yuri. Viona dengan tubuh sepuluh Senti lebih pendek meloncat seperti tupai. Anehnya, teman-teman Viona tertawa melihat aksi malang gadis itu. Apakah seperti itu layak disebut teman? Jujur saja, kelakuan mereka membuatku kesal. Drama perbucinan yang dikemas dengan aksi jail selalu membuat perutku mulas. Apalagi suara teriakan cukup heboh dari teman-teman Viona. Rasanya, seperti menjadi wayang yang tak sengaja tersenggol dalang dalam sebuah drama. Apakah aku harus benar-benar beraksi untuk menyudahi drama seperti ini? "Ney?" Seorang lelaki dengan kacamata bulat yang membawa map besar berdiri di sampingku. Tubuhnya menutupi semua drama hari ini. "Kamu belum ngumpulin surat izin orangtua." "Woy, Rachel awas!"  Suara teriakan dari Yuri terdengar cukup lantang untuk sekadar memanggil lelaki berkacam...