Langsung ke konten utama

Kuliah Kepakaran Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Riau Transformasi Media Digital antara peluang dan tantangan, pembebasan dan penguasaan

 Hai hai friend. Tulisan ini sebenarnya udah jadi draft di laptopku selama 3 bulanan lebih sepertinya, hahahahaha. Nah, jadi berhubung materi ini disampaikan oleh bapak humas dari kementrian KOMINFO aku saranin banget buat dipahami benar-benar ilmunya. Namanya Profesor Widodo, btw. 

Yodah, let's reading, friend

 

Digitalisasi sudah menyentuh tiap lapis kehidupan. Mempengaruhi tiap kegiatan kita seperti belajar, bepergian dan lain sebagainya.

Orang sukses, 80% karena susah di awalnya. Di pandemi ini kita harus mampu berinovasi dan melompat bersama-sama. Di rumah jangan loyo dan malas. Buatlah sesuatu yang mengesankan. Tiap kita harus mengisi waktu. Dimana, waktu adalah hal yang tidak bisa diulang. Waktu yang sama, namun pemaknaan atas waktu itu yang berbeda.

Kita diberi kekuasaan? Atau dikuasai?

Kita harus punya kearifan yang tinggi untuk menghadapi situasi saat ini. Kita

Hikmah dibalik transformasi digital? Kita masyarakat yang terkoneksi, terhubung satu sama lain. Sebagian besar wakti kita berada di virtual reality. Tatanan masyarakat baru harus dihadapi dengan

Peradaban komunikasi, peradaban masyarakat pada umumnya. Diawali dengan (Hunting society) masyarakat yang berpindah-pindah, kemudian masuk masyarakat agraris atau bercocok tanam.  Peradaban mulai tumbuh dan mengedapankan nilai norma

Dalam masyrakatt agraris ada masyarakat yang kulutralistik. Ia pasrah pada kehendak tuhan yang diberikan padanya. Untuk masuk ke dalam masyarakat revolusi industri 3.0 , pengetahuan yang menghasilkan bebragai produk, melahirkan masyarakat yang berpengetahuan. Di dalamnya melahirkan teknologi 3.0. Ini bagian penting menunjukkan harmoni masyarakat dengan teknologi 3.0.

Kita sekarang di revolusi 4.0 komunikasi, teknologi dan melahirkan masyarakat informasi. Apa yang harus kita perjuangkan untuk legesi kita ke depannya? 

Hakikat informasi adalah mengurangi ketidakpastian (little John). Jika menggunakan pola lama, kita akan tertinggal.

Sekarang sudah 5.0. Teknologi sudah melekat pada manusia. Dan terkadang ia mengendalikan manusia. Sebab itu, kita harus jadi orang yang super smart society. Yang mengendalikan teknologi, berperilaku cermat dan menciptakan sesuatu yang canggih. Implikasinya adalah kita menjadi masyarakat yang konektivitasnya melebihi apa yang kita lakukan.

Kita hidup di masyarakat yang dulu tradisional, kemudian bergerak ke industri dan sekarang menjadi intelegensi. Ini harus disikapi dengan baik dan bijak

Charles Darwin menyampaikan, kita harus mampu beradaptasi dan responsif yang cepat terhadap perubahan.

Pada haikitanya teknologi yang kita cipta, sebenarnya tidak punya satu nilai. Teknologi hanyalah alat. Jakob Oetama memaparkan, informasi dipersepsikan sebagai sumber pengetahuan yang mulai dikhawatirkan sebagai sumber kecemasan. Kita menjadi berpolitik terhadap masyarakat yang jumlahnya banyak dan masif namun kepentingannya berbeda.

Masyarakat menjadi riuh. Dengan digitalisasi informasi menjadi tidak terbatas. Informasi bisa menjadi makanan yang menyehatkan jiwa kita. Informasi melahirkan racunn yang merusak jiwa kita. Ini tergantung pada siapa yang akan memakai informasi itu.

Komunikasi itu perspektif. Ia berbeda jika dilihat dari atas, bawah kanan dan kiri. Ada namanya infodemik. Bisa menjadikan kita stres, imun turun dan dapat melahirkan hal yang tidak menguntungkan. Contoh, economic buying di masa pandemi. Mereka membeli semua barang di pasar karena takut karantina selama corona.

Ibnu sina.”Kepanikan adalah separuh penyakit dan ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah permulaan dari kesembuhan.” Kita harus jadi ilmuwan yang punya kecerdasan informasi.

Para pendiri bangsa bisa melihat denyut komunikasi bak oksigen yang membawa hal positif terhadap tubuh kita.

1.                  Komunikasi memberikan pesan untuk melindungi segenap tumpah darah bangsa

2.                  Memajukan kesejakteraan umum

3.                  Menciptakan perdamaian dunia

Komunikasi bisa menjadi kepentingan semua merah putih.  Saat ini sudah ada namanya Percepatan transformasi Digital

1.                  Agar tidak ketinggalan dengan bangsa lain, kita mempercepat perluasan infrastruktur digital. Agar kita tidak keluar, namun kita tetap bisa berkomunikasi. Bagaimana pemerintah membuat pelayanan publik secara digital. Di tengah peradaban perkembangan yang makin maju, kita sadar harus bergerak cepat untuk beradaptasi.

2.                  Road map transformasi digital\

3.                  Pusat daya nasional

4.                  SDM digital

5.                  Regulasi dan pendanaan

Transdormasi digital dan implikasinya. Butuh kesadaran kita untuk mengerti teknologinya dan bagaimana penggunaaannya. Kalau tidak tau kita akan terkenal culture shock. Sebuah keterkejutan atas budaya baru yang ada. Kalau tidak tau kita bisa punah, ketinggalan zaman.

Ini tidka bisa jalan kalau di suatu daerah tidak ada koneksinya. Data tidak hanya sekadar data. Kalau dihimpun itu akan menjadi informasi. Kalau diolah akan menjadi knowlodge yang bisa dikaji dan diteliti. Itu bisa melahirkan kearifan, kebijakan terhadap situasi yang ada. Peradaban komunikasi ada yang bagus dan tidak bagus. Yang melahirkan komunikasi bagus adalah kita bersama-sama. maka itu, data dan kebijakan harus dipahamami secara bersama, digital yang penuh kearifan. Agar kita sebagai cendikiawan kampus dapat berkontribusi.

Era kebenaran dan fakta tidak lagi begitu pending, yang ada kesamaan pandang dan pemikiran. Sehingga muncullah cara-cara manipulatif karena kebenaran tidak dianggap penting lagi. Sekarang semua ada di tangan kita. Jika tidak berhati-hati, bisa jadi jebakan. Di era virtual ada tata krama yang harus kita pahami, kita pegang. Filter saja tidak cukup.

Kita benar-benar diuji agar tidak masuk dalam jebakan virtual. Contoh, ada konsep jejak digital. Ia merupakan jejak perilaku kita di digital. Apa yang kita lakukan akan langsung terkena record. Hal” privasi yag tidak termonitor dulunya, sekarang semua bisa diawasi.

Kebebasan tidak bisa semaunya sendiri. Ada regulasi dan ada nilai-nilai yang menjadi panduan kita dalam melakukan sesuatu di era digital. Agar kita bisa menhindari hoaks, radikalisasi, dll.

Media kita sekarang sudah berubah. Dulu koran, majalan dan radio. Saat ini era medsos. Perubahan terjadi secara cepat. Work from Home saat ini menjadi sebuah hal biasa.

Bagaimana kita melahirkan mahasiswa yang memiliki cara pandang berbeda terhadap digiyal

Pencegahan dan penindakan

1.                  Literasi digital

2.                  Klarifikasi

3.                  Penindakan Hukum

4.                  Pemblokiran

Kebutuhan SDM

8 jenis kegiatan

1.                  Magang

2.                  Kerja

3.                  Proyek independen

4.                  Pertukaran belajar

5.                  Membangun desa

6.                  Penelitian dan riset

7.                  Proyek kemanusiaan

 

Dibawah ini hanya iklan yang numpang lewat saja

 














Komentar

Artikel Populer lainnya

TRIP 2   : PEKANBARU FOR THE MY WAY TO MEET NEW SOMETHING (4) Hai, semua. Setelah kemarin aku bercerita tentang petualangan selama tersesat sekarang aku ingin membagikan momen saat menjadi panitia pemira. Agenda sidang masih belarut-larut dan tidak kunjung selesai. masing-masing delegasi angkatan punya pendapat dan nasehat yang terkadang berbenturan dengan pengurus Himakom. Jadi mereka harus mencari titik temu untuk menyelesaikan masalah. Selama itu pula aku mengambil napas untuk keluar dari ruang sidang yang menyesakkan dengan bertemu teman-teman. Tidak kusangka aku bertemu Septi yang saat itu berkunjung ke kampus untuk mengambil KTM. Septi memiliki logat Medan yang khas sehingga aku mudah mengenalinya. Kami mudah bergaul karena mungkin pembawaan Septi yang satu frekuensi denganku. Namun sayang, Septi tidak lama berada di kampus dan harus segera pergi karena suatu urusan. Aku kembali ke ruang sidang dan mengawasi zoom bersama Ica. Saat itu aku mendapatkan pesan dari kak Wi...

TIGA SAHABAT : TAMPIL DI ACARA PENSI SMAN 2 SINGINGI HILIR

 Sebelumnya aku adalah anak yang sangat pendiam saat duduk di bangku kelas 1 SD. Namun, itu hanya berlaku dalam interaksi sosial. Jujur, saat di kelas 1 SD aku sangat bersemangat untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan dari guru. Sifat pendiamku ini perlahan menghilang, terutama saat aku masuk di bangku SMA. Aku bertemu dengan para siswa yang beragam. Termasuk dua orang dalam foto di atas. Sebut saja mereka Sunna dan Intana. Itu bukan nama asli mereka. Aku hanya menyukai memanggil mereka dengan sebutan itu. Mereka memanggilku dengan nama 'Ndut.' Ya, mungkin saja karena aku sedikit kelebihan berat badan semasa SMA. Aku banyak menghabiskan waktu dengan mereka. Ahahaha, rasanya seperti mengenang kejayaan remaja. Di SMP aku adalah pribadi yang berani, banyak tersandung skandal, eit. Bukan skandal seperti berkencan dengan bos besar apalagi artis! Karena mustahil, desaku itu letaknya jauh sekali dari perkotaan besar. Nah, teman-temanku ini juga salah satu hal yang membuatku s...

My Greymate

Rasanya seperti melihat kekacauan tiada akhir. Ada saja drama di setiap minggu di kelas ini. Seperti hari ini, Viona mencoba untuk merebut gelang barunya dari tangan Yuri. Viona dengan tubuh sepuluh Senti lebih pendek meloncat seperti tupai. Anehnya, teman-teman Viona tertawa melihat aksi malang gadis itu. Apakah seperti itu layak disebut teman? Jujur saja, kelakuan mereka membuatku kesal. Drama perbucinan yang dikemas dengan aksi jail selalu membuat perutku mulas. Apalagi suara teriakan cukup heboh dari teman-teman Viona. Rasanya, seperti menjadi wayang yang tak sengaja tersenggol dalang dalam sebuah drama. Apakah aku harus benar-benar beraksi untuk menyudahi drama seperti ini? "Ney?" Seorang lelaki dengan kacamata bulat yang membawa map besar berdiri di sampingku. Tubuhnya menutupi semua drama hari ini. "Kamu belum ngumpulin surat izin orangtua." "Woy, Rachel awas!"  Suara teriakan dari Yuri terdengar cukup lantang untuk sekadar memanggil lelaki berkacam...